Runtext

Ikadi Cabang Kapuas

Senin, 01 November 2010

Ciri-Ciri Khusus Akhlak dan Perilaku Ahli Sunnah wal Jamaah

    Ahli Sunnah adl Sebaik-Baik Manusia Ahli Sunnah sebagaimana yg kita ketahui adl pengemban pusaka peninggalan Nabi saw yg menyangkut aspek ilmu dan amal. Sementara aspek alamiah yg paling menonjol dalam petunjuk nubuwwah adl akhlak. Oleh krn itu akhlak nubuwah seperti cinta dan kasih sayang keteguhan dan ketabahan dalam berdakwah kepada sesama manusia dan lainnya merupakan ciri khas yg dimiliki oleh golongan yg selamat ini sekaligus sebagai rahmat Allah yg mereka terima. Perilaku seperti ini merupakan pancaran sumber yg dapat membeli pahala kepada Ahli Sunnah. Muhammad diutus Allah dgn membawa petunjuk sekaligus rahmat bagi seluruh alam sebagaimana Allah mengutusnya dgn ilmu bukti-bukti rasional dan bukti-bukti pendengaran. Allah juga mengutusnya dgn membawa kebaikan utk umat manusia kasih sayang dan rahmat bagi mereka tanpa mengharap imbalan dan sabar dalam menghadapi cercaan. Oleh krn itu Allah membekalinya dgn ilmu kemuliaan serta sifat penyantun memberi bimbingan dan berbuat baik kepada semua manusia. Dia mengajar memberi petunjuk memperbaiki hati dan menuntun manusia kepada jalan kebaikan di dunia dan akhirat tanpa mengharap imbalan apapun. Ini merupaka sifat semua rasul. Inilah jalan bagi siapa saja yg mau mengikutinya. “Kamu adl umat yg terbaik yg dilahirkan utk manusia.” Abu Hurairah ra berkata “Kalian adl sebaik-baik manusia bagi manusia.” Artinya mereka datang di tengah-tengah manusia utk menyeru mereka masuk ke dalam surga. Mereka berjihad dgn mengorbankan jiwa dan harta demi kepentingan dan kemaslahatan manusia sementara manusia tidak menyukai hal itu krn kebodohan mereka. Mengenai hal ini Imam Ahmad pun pernah berkata dalam khotbahnya “Segala puji bagi Allah yg telah menjadikan golongan ahli ilmu yg masih tertinggal-pada tiap masa kosong para rasul-untuk menyeru orang-orang yg telah sesat dari petunjuk Allah. Mereka bersabar atas segala cercaan dan gangguan menghidupkan hati orang-orang dgn kitabullah serta menjadikan orang yg buta hati “melihat” dgn cahaya Allah. Sehingga banyak orang yg telah “dibunuh” iblis berhasil dihidupkan hatinya dan banyak orang yg sesat serta ragu mereka berikan bimbingan dan petunjuk. Sungguh alangkah baiknya peranan mereka dalam memperbaiki manusia dan alangkah buruknya tanggapan manusia kepada mereka dan seterusnya..!” Allah SWT sangat menyukai keluhuran akhlak dan sangat membenci keburukan akhlak. Dia menyukai kehati-hatian ketika merajalelanya syubhat menyukai keberanian walaupun sekadar membunuh ular. Allah pun menyukai toleransi dan kemurahan hati meskipun hanya memberikan segenggam kurma. 
    Ahli Sunnah Mengikuti Alquran dan Sunnah dalam Seluruh Hubungan Mereka Ahli Sunah wal Jamaah selalu mengikuti Alquran dan Sunah Rasul baik dalam perilaku dan langkah-langkah yg mereka tempuh maupun hubungan antara sesama manusia. Mereka menyuruh berlaku sabar dalam menghadapi ujian dan cobaan bersyukur ketika mendapatkan kesenangan rela terhadap keputusan Allah dan menyerukan agar manusia menyempurnakan akhlak dan amalan-amalan yg baik. Mereka benar meyakini makna sabda Rasulullah “Orang mukmin yg paling sempurna imannya adl yg paling baik akhlaknya.” Ahli Sunah wal Jamaah menganjurkan agar menyambung tali persaudaraan memberi sesuatu kepada orang yg enggan memberi memaafkan orang yg membuat kesalahan. Mereka menyuruh berbakti kepada orang tua menyambung tali kerabat berbuat baik kepada tetangga berbuat baik kepada anak-anak yatim orang miskin ibnu sabil dan bersikap lembut kepada sahaya. Mereka juga melarang berlaku sombong dan membanggakan diri serta melarang berbuat keji dan menodai kehormatan makhluk tanpa hak. Mereka menyuruh berbuat baik dan melarang berbuat jahat. Alhasil apa-apa yg mereka katakan dan amalkan termasuk aktifitas lainnya tidak lain hanyalah mengikuti Alquran dan Sunah Rasul.
    Ahli Sunnah adl Golongan Penyeru Kebaikan dan Pencegah Kemungkaran disamping selalu Memelihara Keutuhan Jamaah Hal itu mereka lakukan krn merupakan prinsip utama dan tonggak penting yg menjadikan mereka sebaik-baik umat yg ditampilkan bagi manusia. Mereka menegakkan hal demikian berdasarkan tuntunan syariat sehingga dalam waktu yg sama sekaligus mereka menunaikan prinsip utama dan menegakkan tonggak penting yaitu menjaga keutuhan jamaah menyatukan hati menyatukan irama dan perkataan serta menyingkirkan ikhtilaf dan tafaruk. Mereka menyuruh berbuat baik dan mencegah berbuat kemungkaran berdasarkan tuntunan syariat. Mereka menyuruh menunaikan haji dan jihad menunaikan salat Jumaat dan Id bersama para pemimpin mereka yg baik maupun durhaka. Termasuk menyuruh agar menjaga keutuhan jamaah serta memberikan nasehat kepada umat. Mereka benar-benar meyakini sabda Nabi saw “Orang mukmin terhadap mukmin lainnya bagaikan sebuah bangunan yg sebagian memperkokoh bagian lainnya.” Kemudian beliau mengait-ngaitkan jarinya sendiri. Mereka juga meyakini hadis Nabi “Perumpamaan kaum mukminin dalam hal kasih sayang dan saling mencintai di antara sesama mereka adl bagaikan satu tubuh. Jika salah satu anggotanya mengaduh maka seluruh tubuh merasa demam dan tak bisa tidur.” Wajib bagi Ulil Amri yg terdiri dari para ulama masing-masing kelompok para pemimpin dan tokoh-tokoh umat agar menjalankan kepemimpinannya dgn baik terhadap rakyat mereka. Mereka juga sepatutnya memerintah berdasarkan perintah Allah dan Rasul serta melarang berbuat kemungkaran berdasarkan larangan Allah dan Rasul.
    Ahli Sunnah Selalu Memelihara Jamaah dan Iltizam Melakukan Ketaatan dalam Kebaikan Ahli Sunnah menjalankan fungsi ketaatan dan memelihara jamaah berdasarkan ketentuan syariat dan pengamalannya. Maka ketaatan mereka dalam rangka ketaatan kepada Allah bukan ketaatan dalam bermaksiat kepada-Nya. Jalan hidup moderat adl Dienul Islam yg murni dan memerangi orang yg harus diperangi. 2} Berjihad bersama Amir dan kelompok yg lbh mengutamakan Islam jika tidak tidak ada cara lain kecuali dgn berperang. Tetapi tidak membantu kelompok yg berperang utk maksiat kepada Allah. Mereka harus menaati penguasa dalam menaati Allah dan tidak menaati mereka dalam bermaksiat kepada-Nya krn tidak diperkenankan menaati makhluk dalam bermaksiat kepada Khaliq. Inilah jalan terbaik bagi umat ini Umat dahulu maupun kini jalan yg seharusnya ditempuh oleh para mukalaf. Jalan ini merupakan jalan tengah antara jalan Hururiyah dan yg semisalnya yg menempuh jalan maksiat dan kerusakan krn sedikitnya ilmu; juga antara jalan Murjiah dan golongan sejenisnya yg menaati pemimpin mereka dgn mutlak sekalipun pemimpin ini bukan orang baik-baik.
    Ahli Sunnah Memikul Amanat Ilmu dan Memelihara Jamaah Dengan demikian mereka memikul amanat ganda yg salah satunya tidak kurang beratnya di bandingkan yg lain. Pertama amanat ilmu berupa iltizam dakwah dan jihad. Kedua memelihara jamaah Islam dalam pengertiannya yg luas . Mereka menempuh jalan tersebut dgn pertimbangan yg cermat berdasarkan syariat Yang Maha Bijaksana satu-satunya Rabb yg memiliki aturan yg dapat membebaskan penguasaan hawa nafsu ikatan adat cengkeraman mazhab atau jalan tertentu atau kelompok yg menyerupai hal itu. Merupakan kewajiban utk menjelaskan apa yg diturunkan Allah kepada rasul-Nya menyampaikan segala sesuatu yg dibawa para rasul serta menepati janji Allah sebagaiman dituntutnya dari para ulama. Oleh krn itu wajib utk mengetahui apa-apa yg di bawa para rasul juga wajib beriman kepada ajarannya mengajak kepada jalan-Nya dan berjihad utk menegakkan agama-Nya. Mereka menimbang seluruh perkataan dan amalan manusia dgn Kitabullah dan Sunah Rasul baik hal-hal yg bersifat prinsip maupun cabang yg lahir maupun batin; pantang mengikuti hawa nafsu baik berkaitan dgn adat mazhab tarekat atau kepemimpinan salaf. Mereka juga tidak mengikuti prasangka baik menyangkut hadis daif atau kias yg keliru - sama saja apakah kias itu menyeluruh atau sekadar tamsil. Juga tidak bertaklid kepada orang yg tidak wajib di ikuti baik perkataan maupun perbuatannya. Sesungguhnya Allah mencela orang-orang yg mengikuti prasangka dan hawa nafsu dan mereka yg tidak mengikuti petunjuk yg datang dari sisi-Nya.
    Loyalitas Ahli Sunnah Hanya utk Kebenaran Mereka memandang tiap individu atau kelompok berdasarkan loyalitas terhadap kebenaran bukan berdasarkan taasub jahili yg bermuara kepada kesukuan kedaerahan mazhab tarekat tajamu’ atau kepemimpinan. Tidaklah patut bagi seseorang menyandarkan pujian dan cacian cinta dan kebencian persahabatan dan permusuhan doa dan kutukan kepada berbagai nama dan atribut semata seperti nama-nama suku daerah mazab tarekat organisasi yg dikaitkan dgn para Imam tokoh dan syekh dan sebagainya yg menghendaki pendefinisian. Barangsiapa yg beriman -dari golongan mana pun- haruslah disikapi dgn loyal; dan siapa yg kafir -dari golongan manapun-mereka wajib dimusuhi. Barangsiapa padanya terdapat keimanan dan kezaliman maka loyalitas dan kebencian yg diberikan padanya sesuai dgn kadar keimanan dan kezalimannya. Seseorang tidaklah dinyatakan keluar dari iman secara total hanya krn dosa-dosa dan kemaksiatannya sebagaimana penyataan Khawrij dan Muktazilah. Para nabi sidiqin syuhada serta orang-orang saleh tidaklah disamakan dgn orang-orang fasik dalam hal iman din cinta benci muwalah dan muadah.
    Ahli Sunnah Saling Memberikan Wala’ kepada Sesama Mereka dgn Loyalitas Secara Umum dan Saling Memaafkan Ahli Sunah wal jamaah saling memberikan wala’ satu dgn yg lain secara umum tanpa memandang perbedaan asal golongan jamaah kecenderungan ataupun ijtihad tertentu. Bagi mereka yg prinsip dan penting ialah berkeinginan menjadikan jamaah sebagai sesuatu yg utuh kuat serta saling memaafkan kekurangan masing-masing; dan mereka tidak cepat melancarkan tuduhan atau saling menyesatkan. Menjadi kewajiban bagi mereka utk mendahulukan siapa yg didahulukan oleh Allah dan Rasul dan mengakhikan sipa pun yg diakhirkan Allah dan Rasul. Membenci siapa saja yg di benci Allah dan Rasul mencegah segala sesuatu yg dilarang Allah dan Rasul ridha kepada orang yg di ridhai Allah dan Rasul-Nya. Dengan demikian diharapkan kaum muslimin menjadi satu kekuatan. Karena kekuatan tidak mungkin terwujud jika sesama mereka saling menyesatkan dan mengafirkan dan mereka mereasa paling benar dan sesuai dgn Kitabullah dan Sunah. Oleh krn itu sekalipun seorang muslim telah melakukan kekeliruan dalam satu urusan agama tidaklah mesti di tuduh kafir atau fasik. Bahkan Allah memaafkan umat ini dari kekeliruan dan kealpaan yg mungkin diperbuatnya.
    Ahli Sunnah Menentukan Dukungan dan Permusuhan Berdasarkan Prinsip ad-dien dan Mereka Tidak Menguji Manusia dgn Sesuatu yg Bukan dari Allah Ahli Sunnah wal Jamaah tidak menguji manusia tentang perkara-perkara yg sama sekali Allah tidak memberikan kekuasaan padanya. Mereka tidak fanatik berdasarkan nama-nama syi’ar-syi’ar lambang-lambang organisasi atau kepemimpinan namun mereka memberikan dukungan dan sikap permusuhan berdasarkan prinsip-prinsip agama dan ketakwaan. Mereka juga tidak berta’ashub kecuali utk jamaah muslimin dgn pengertiannya yg hakiki yakni jamaah yg dapat meninggikan panji-panji Alquran dan sunah serta petunjuk salaf saleh yg diridoi Allah. Dalam hal ini yg wajib ditolak adl mengenai peristiwa Yasid bin Mu’awiyah dan fitnah atas kaum muslimin dgn kasus itu krn sesungguhnya hal ini termasuk bid’ah yg menyalahi ahli Saunah wal Jamaah. Demikian pula memecah belah atau mengelompok-kelompokan umat serta mengujinya dengna sesuatu yg tak ada perintah dari Allah dan Rasul seperti mengatakan kepada seseorang “Apakah anda seorang syakili dan Qarfandi?” Karena nama-nama tersebut merupakan nama-nama batil yg tidak diperintahkan Allah tidak terdapat dalam kitabullah dan sunah juga bukan atsar salaf umat. Maka jika seorang muslim ditanyai kata-kata seperti itu hendaklah dia menjawab “Saya bukan syakili dan bukan Qarfandi tetapi adl seorang muslim yg mengikuti kitabullah dan sunah Rasul.” Bahkan nama-nama yg muncul di kalangan kaum muslimin yg dikaitkan dgn nama imam seperti pengikut Hanafi Maliki Syafi’i Hambali; atau kepada syekh-syekh seperti al-Qadari al-Adawi dan lainnya; atau nasab yg dikaitkan dgn suku seperti Qaisy dan Yamami; juga terhadap tempat-tempat seperti asy-Syami al-Iraqi dan al-Mishri; maka tidak boleh seseorang menguji orang lain dgn sebutan-sebutan itu. Demikian juga tidak boleh mengikat persahabatan atau memusuhi seseorang berdasarkan nama-nama tersebut. Karena makhluk yg paling mulia disisi Allah adl yg paling takwa kepada-Nya dari mana pun asal kelompoknya. Maka bagaimana munkin umat Muhammad saw diperbolehkan berselisih dan berpecah belah yg membuat mereka berwala’ kepada satu kelompok dan bermua’dah kepada kelompok lainnya hanya berdasarkan prasangka dan hawa nafsu tanpa bukti-bukti dari Allah? Sedangkan Allah telah membersihkan Nabi-Nya dari perilaku seperti itu. Maka jelaslah perbuatan seperti itu termasuk bid’ah seperti khawarij yg memisahkan diri dari jamaah kaum muslimin dan menghalalkan darah kaum muslimin yg menentangnya. Adapun Ahli Sunnah wal jamaah senantiasa berpegang teguh pada tali Allah dan pantang melebihkan seseorang yg berperilaku menuruti kemauan hawa nafsu sementara yg lain lbh bertakwa darinya. Bagaimana mungkin kita bisa membuat kelompok di tengah-tengah umat dgn nama-nama pembuat bid’ah yg tidak berdasarkan kitabullah dan Sunah Rasul? Pengkotakan di antara umat ulama-ulama para syekh para uamar dan para pembesar patut digolongkan sebagai musuh krn hal demikian meninggalkan ketaatan kepada Allah dan Rasul-Nya. Oleh krn itu manakala manusia meninggakan sebagian yg diperintahkan Allah timbullah sikap permusuhan dan kebencian di antara mereka. Sedangkan jika mereka berjamaah selamat dan berkuasalah mereka. Maka jelas bagi kita jamaah merupakan rahmat sedangkan firqah adl azab . .
    Ahli Sunnah Beramal Berdasarkan Kesatuan Hati dan Kesamaan Kalimat Ahli Sunnah wal Jamaah senantiasa beramal dalam kerangka kesatuan dan kerukunan serta cinta kebaikan bagi seluruh kaum muslimin. Mereka selalu memaafkan kesalahan dan kekeliruan manusia menyerukan kebenaran serta mendoakan manusia agar mendapat petunjuk bimbingan dan ampunan. Mereka mengetahui sebagian tonggak-tonggak besar dalam ad-Dien yaitu kesatuan hati kesamaan kalimat dan kebaikan antar sesama. Allah SWT berfirman “Sebab itu bertakwalah kepada Allah dan berbaiklah hubungan di antara sesamamu.” Contoh nash-nash seperti itu memerintahkan pentingnya berjamaah dan kerukunan serta melarang adanya perselisihan dan perpecahan. Oran gyang mengikuti prinsip ini termasuklah ke dalam ahlul firqah. Sedangkan pengartian jama’us sunah adl mereka yg menaati perintah Rasulullah saw. Saya tidak duka jika orang Islam diganggu dan disakiti apalagi dari sahabat kita sendiri baik yg bersifat lahir dan batin. Saya tidak suka seorang pun dari mereka dicela dan dimaki. Menurut pandangan saya merek itu harus dimuliakan dihormati dicintai dan dihargai sesuai dgn ukuran masing-masing. Manusia tidak terlepas dari kemungkinan-kemungkinan sebagai mujtahid yg benar mujtahid yg salah dalam berijtihad dan seorang yg berbuat dosa. Mereka yg pertama tentu akan mendapatkan pahala ijtihadnya sekaligus pahala kebenarannya ; yg kedua akan mendapatkan pahala ijtihadnya dan dimaafkan kesalahannya serta mereka mendapatkan ampunan; sedangkan yg ketiga Allah akan mengampuni kita mereka dan seluruh orang beriman. Perlu diketahui kita seharusnya saling tolong menolong dalam kebaikan dan ketakwaan wajib bagi kaum muslimin utk membela sebagian yg lainnya dgn pembelaan yg sebemarya. Kami mencintai bagi seluruh kaum muslimin dan menginginkan tiap mukmin memperoleh kebaikan sebagaimana hal itu kami sukai buat kami sendiri. Kami menghendaki agar orang yg mempunyai maksud baik mensyukuri maksud baik mereka; dan yg suka beramal saleh mensyukuri amalan mereka. Sedangkan bagi pelaku keburukan kami memohon kepada Allah semoga dosa mereka diampuni.
Ahli Sunnah Meninjau Permasalahan Ilmiah dan Amaliah dgn Memperhatikan Kerukunan dan KesatuanPara ulama dari kalangan sahabat tabi’in dan pengikut setelah mereka ketika mengalami perselisihan pendapat dalam suatu masalah mereka mengikuti perintah Allah sebagaimana firman-Nya yg artinya “Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu maka kembalikanlah ia kepada Allah dan Rasul jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu leibh utama dan lbh baik akibatnya.” Mereka saling memberikan pandangan dalam persoalan-persoalan ilmiah dan amaliah dgn memperhatikan keutuhan persatuan dan persaudaraan agama serta terlindung dari kesalahan.
Sumber Ahlus Sunnah wal Jamaah Ma’alimul Inthilaqah al-Kubra Muhammad Abdul Hadi al-Mishri Al-Islam - Pusat Informasi dan Komunikasi Islam Indonesia

Tidak ada komentar:

Posting Komentar