Runtext

Ikadi Cabang Kapuas

Sabtu, 23 November 2024

Menghidupkan Optimisme: Menjemput Pertolongan Allah di Tengah Ujian


Di era penuh tantangan ini, umat manusia menghadapi berbagai problematika yang seolah mengikis optimisme. Permasalahan global, seperti konflik di Gaza yang telah berlangsung lebih dari 400 hari, hingga problematika domestik seperti judi online yang mencengkeram kehidupan masyarakat, menguji ketahanan iman kita. Dalam menghadapi kondisi ini, arahan Dr. KH. Ahmad Kusyairi Suhail, MA, Ketua PP IKADI, mengajak kita untuk kembali pada kunci utama: membangun optimisme yang berlandaskan husnu dzan (prasangka baik) kepada Allah SWT.

Optimisme dalam Perspektif Qur’an Optimisme bukan sekadar sikap positif, tetapi keimanan yang kokoh kepada janji Allah. Dalam Surah Muhammad ayat 7, Allah berfirman bahwa pertolongan-Nya akan datang kepada mereka yang menolong agama-Nya. Keyakinan ini diperkuat dalam Surah Ghafir ayat 51, yang menegaskan bahwa Allah akan selalu menolong orang-orang beriman di dunia maupun akhirat.

Sejarah kehidupan para nabi memberikan pelajaran mendalam tentang pentingnya husnu dzan. Nabi Ibrahim, yang diperintahkan Allah meninggalkan keluarganya di lembah tandus, menunjukkan keyakinan luar biasa bahwa Allah akan memenuhi kebutuhan mereka. Begitu pula ibu Nabi Musa, yang dengan penuh kepercayaan menghanyutkan putranya ke Sungai Nil atas ilham dari Allah, meskipun situasinya terlihat mustahil untuk diatasi. Keyakinan ini menjadi penggerak bagi usaha maksimal yang berbuah pertolongan Allah.

Meneladani Nabi Musa di Zaman Modern Ketika dikejar oleh Fir’aun dan dihadapkan pada Laut Merah, Nabi Musa tidak menunjukkan kepanikan. Ia dengan tegas berkata, "Sesungguhnya Tuhanku bersamaku, Dia akan memberi petunjuk kepadaku." (Ash-Shu'ara: 62). Keyakinan ini membuka jalan bagi keajaiban, ketika laut terbelah dan Nabi Musa beserta kaumnya diselamatkan. Pesan ini relevan bagi kita hari ini: di tengah tekanan hidup dan ujian berat, keimanan dan optimisme harus menjadi pegangan.

Memperkuat Keimanan di Tengah Cobaan Dalam Perang Ahzab, umat Islam menghadapi koalisi besar yang berusaha menghancurkan Madinah. Namun, dalam situasi sulit itu, kaum mukminin berkata, "Inilah yang dijanjikan Allah dan Rasul-Nya kepada kita." (Al-Ahzab: 22). Keyakinan ini tidak hanya memperkuat iman mereka tetapi juga menjadi jalan datangnya pertolongan Allah.

Optimisme tidak muncul begitu saja; ia membutuhkan usaha yang konsisten untuk selalu berprasangka baik kepada Allah. Hadis Qudsi mengingatkan kita bahwa Allah SWT bertindak sesuai prasangka hamba-Nya. Maka, jika kita berprasangka baik, Allah akan memberikan kebaikan. Sebaliknya, prasangka buruk hanya akan membawa kesulitan.

Membangun Optimisme dalam Dakwah Sebagai da’i atau siapa pun yang memiliki peran di masyarakat, kita harus menjadi pelita harapan. Sikap pesimis hanya akan memperburuk keadaan. Dengan menunjukkan keyakinan kepada Allah, kita dapat menginspirasi orang lain untuk tetap bertahan dan berjuang, seberat apa pun tantangan yang dihadapi.

Akhir Kata Husnu dzan kepada Allah bukan hanya tentang keyakinan, tetapi tentang tindakan yang dilandasi iman. Seperti Hajar yang berlari antara Shafa dan Marwah, optimisme harus diiringi usaha maksimal. Pada akhirnya, Allah akan mengirimkan pertolongan-Nya, sering kali dalam cara yang tidak pernah kita bayangkan. Mari jadikan optimisme sebagai bagian dari iman kita, dan bersama-sama bangkit untuk menyelamatkan umat.

"Sesungguhnya Tuhanku bersamaku, Dia akan memberi petunjuk kepadaku." (Ash-Shu'ara: 62)